Senin, 04 Oktober 2010

Tanggung Jawab vs Jawab Tanggung

Oleh : Drs Safwan Khayat MHum


Jangan bangga dengan pakaian kain mahal, karena pakaian terakhir adalah kain kafan. Jangan sombong dengan kenderaan mewah dan baru, karena kenderaan terakhir adalah keranda peti mayat.

Jangan congkak dengan tempat tidur empuk, karena tempat tidur terakhir adalah tanah. Jangan angkuh dengan rumah mewah, karena rumah terakhir adalah kuburan. Jangan tinggi hati dengan titel atau gelar, karena gelar terakhir adalah almarhum.

Jabatan adalah amanah, setiap amanah di minta pertanggungjawaban. Di dunia, pertanggungjawaban pasti di minta dihadapan orang. Di akhirat, pertanggungjawaban ditagih dihadapan Tuhan. Uang, jabatan dan kekuasaan hanyalah ikatan sementara yang pasti sirna seiring waktu menjemput. Semua ditinggal bersamaan masa berakhir dengan membawa pertanggungjawaban selama ini.

Tanggung jawab sikap jujur pada diri sendiri, berani dan jiwa besar. Tanggung jawab adalah sikap sanggup menghadapi segala resiko, tidak pengecut, bernyali besar, teguh dan tegar. Tanggung jawab tidak mencari kambing hitam, tidak melimpahkan kesalahan pada orang lain, tidak a priori, tidak egois dan tidak pembohong. Tanggung jawab adalah kepribadian luhur dengan mentalitas prilaku sadar atas segenap perbuatannya.

Mungkin dihadapan manusia hidup di dunia, tanggung jawab bisa jadi sulit ditegakkan. Misalnya, tanggung jawab soal kebijakan, soal keuangan dan soal dampak dari hasil keputusan. Tanggung jawab sulit dipertaruhkan tatkala tuntutan akan kewajiban pertanggungjawaban ditagih.

Contoh, siapa yang tanggung jawab atas musnah dan terbenamnya ratusan rumah penduduk akibat lumpur Lapindo. Siapa yang tanggung jawab atas raibnya sejumlah uang rakyat dari kasus Bank Century. Siapa yang tanggung jawab soal korupsi di sebuah instansi pemerintah. Siapa pula yang tanggung jawab tatkala meledaknya tabung gas 3 Kg bersubsidi. Siapa lagi yang tanggung jawab soal ini, soal itu dan soal yang tak berujung pasti dialami penderita rakyat.

Secercah contoh di atas hanya bisa kita dengar dengan sebuah sikap jawab tanggung. Sepatutnya ada yang tanggung jawab dari sebuah kebijakan, tetapi kita hanya bisa mendengar jawab tanggung. Kasus lumpur Lapindo saat ini masih pada tahapan jawab tanggung. Tak jelas masa depan rumah rakyat yang terbenam lumpur Lapindo, justru yang ada hanyalah jawaban tanggung.

Begitu juga kasus Bank Century penyelesaiannya masih jawab tanggung. Tak jelas pengembalian uang nasabah di bank itu. Kasus korupsi yang diduga dilakukan sejumlah pejabat masih didominasi pada tahapan jawab tanggung. Tatkala di minta tanggung jawabnya, selalu rakyat mendengar jawaban tanggung.

Akhir-akhir ini kasus meledaknya tabung gas bersubsidi juga tak berujung pada tanggung jawab. Tak ada pihak yang bertanggung jawab, yang ada hanya jawab tanggung bahwa semua itu kesalahan warga pemakai gas. Siapa yang bertanggung jawab, saat ini jawabannya masih tanggung.

Konversi minyak tanah yang semakin langka dan mahal juga sebatas jawab tanggung. Dengan jawaban alasan serba tanggung semakin jelas bahwa sikap tanggung jawab semakin jauh dari diri kita. Begitu juga soal tingginya harga bahan pokok, kelangkaan pasokan listrik, jalan berlobang mengambil korban jiwa, mark up uang belanja negara dan kasus lainnya menjadi tanggung jawab siapa pula. Tak jelas tanggung jawabnya, yang ada jawaban tanggung.

Jawab tanggung adalah ungkapan yang tak putus dan tak pasti. Keputusan dan kepastian adalah sikap tanggung jawab. Jika keputusan dan kepastian tidak ada, maka yang tampil adalah sikap jawaban tanggung.

Kedua sikap inilah yang selalu berlawanan dalam fakta sosial di mata kepala kita. Tanggung jawab versus jawab tanggung seakan terus bertarung dengan korban terus berjatuhan. Malah naifnya, orang yang nyata-nyata terbukti melakukan pengingkaran atas tanggung jawabnya, malah masih memberikan pembelaan dengan jawaban tanggung. Sikap tak mengaku, menyalahkan orang lain dan pengakuan tak melakukan menjadi senjata dalam memberikan jawaban.

Sering kita dengar ucapan seperti; silakan buktikan, saya tak terlibat, bukan kewenangan saya, saya hanya menjalankan perintah, itu semua tidak benar, itu fitnah dan banyak kata-kata lainnya. Jawab tanggung ini seakan menjadi pembenaran agar tanggung jawab menjadi samar.

Bisa jadi kita lepas dari tuntutan tanggung jawab di hadapan manusia, tetapi tuntutan tanggung jawab di hadapan Tuhan tak akan lepas. Orang yang tak tanggung jawab dan melakukan jawab tanggung atas segala perilakunya, maka bersiaplah akan mendapat tanggung hajab di hadapan Tuhan. Belajarlah kita bertanggung jawab dengan tidak memberikan jawaban tanggung. Karena kita butuh kepastian atas segala bentuk tanggung jawab dan kepastian atas segala jawaban yang tanggung.

lintasberita
 

Follow My Instagram

@ahmadyusri